1. Pencak Silat Ular
1. Aspek Antropologi yang Dibahas
Pencak
Ular membahas aspek kesenian tradisional yang berasal dari daerah Garut
Kecamatan Samarang. Pencak ular ini tidak jauh berbeda dengan kesenian pencak
silat pada umumnya. Hanya saja selain mendemostrasikan jurus-jurus silat, sang
pesilat juga membawa ular berbisa dalam antraksinya. Kelebihan lainnya ialah
pesilat bisa menjinakan ular-ular tersebut bahkan kebal terhadap gigitan.
Pencak
silat ular ini khususnya membahas mengenai seni bela diri yang digabungkan
dengan seni tari. Pesilat mampu menggabungkan dua kesenian yang saling bertolak
belakang ke dalam sebuah penampilan yang sangat mengagumkan. Dalam pertunjukkan
mampu menampilkan sebuah kebudayaan yang telah berakar dalam masyarakat Garut yaitu
seni pencak silat, yang kemudian di kembangkan kembali menjadi Pencak Ular.
2. Aspek Visual
Visualisasi
di dalam video tersebut cukup bagus. Di dalam video di gambarkan bagaimana
interaksi antara pembuat film dengan masyarakat setempat. Mereka ikut bergabung
dalam pertunjukan Pencak Silat Ular tersebut. Pengambilan gambar dalam video
tersebut pun sangat baik. Penonton sudah cukup dapat merasakan kebudayaan yang
diangkat oleh anggota kelompok tersebut.
Tetapi
masih ada kekurangannya, seperti belum adanya penjelasan mengenai asal usul
Pencak Silat Ular tersebut. Masih ada kebingungan dalam pikiran orang yang
menonton film tersebut, penonton belum mengetahui apa sebenarnya Pencak Silat
Ular tersebut. Dalam video tersebut belum mengambarkan suasana yang
sesungguhnya dalam pertunjukan Pencak Silat Ular. Pertunjukan masih
dilaksanakan pada lokasi yang seadanya, yaitu di depan pekarangan rumah
penduduk. Warga bulum turut serta dalam pertunjukan tersebut.
3. Kesimpulan
Vidio
yang diambil oleh kelompok ini sudah cukup menggambarkan kebudayaan yang berkembang
di daerah Garut. Kelompok ini mampu memberikan pengetahuan yang baru bagi para
penonton, karena belum pernah ada yang melakukan pencak silat dengan ular. Ini
merupakan suatu yang baru dan sangat mengesankan para penonton. Walaupun masih
terdapat kekurangan dalam pembuatan filmnya, seperti kurangnya penjelasan
tentang isi kebudayaan yang dibahas kelompok tersebut. Namun demikian, secara
garis besar kelompok ini sudah dapat menyatakan visualisasi yang baik.
2. Kampung Betawi & Batavia
1.
Aspek Antropologi
yang Dibahas
Dalam
video yang ditampilkan kelompok tersebut, ada beberapa aspek antropologi yang
diangkat. Mereka menampilkan beberapa aspek antropologi yang terdapat dalam
sebuah masyarakat. Kelompok tersebut mengangkat kebudayaan Betawi yang ada di
Setu Babakan. Aspek yang diangkat dalam video tersebut adalah aspek bahasa,
kesenian, dan sistem mata pencarian
hidup.
Ketiga
aspek tersebut sangat jelas digambarkan di dalam video tersebut. Dalam setiap aspek yang diangkat, kelompok tersebut cukup
memberikan contoh yang jelas sehingga penonton dapat dengan mudah mengerti
maksud yang ingin disampaikan. Dalam aspek bahasa, kelompok tersebut mengangkat
bahasa betawi yang digunakan oleh sebagian besar penduduk daerah tersebut.
Sedangkan dalam aspek kesenian, mereka mengangkat kesenian Ondel-Ondel yang
merupakan ciri khas dari kebudayaan Betawi. Dan dalam sistem mata pencarian
hidup, pembuat film mengangkat tentang makanan-makanan khas Betawi yaitu kerak
telor dan dodol, yang juga merupakan salah satu mata pencarian penduduk daerah
tersebut. Makanan tersebut diperjualbelikan oleh para warga kepada para
pengunjung. Hasil penjualannya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya.
2. Aspek Visual
Visualisasi dalam video tersebut cukup
bagus. Video tersebut telah cukup mengambarkan aspek antropologi. Dalam video
tersebut telah ditampilkan kehidupan masyarakat Betawi pada umumnya. Anggota
kelompok tersebut pun terlihat masuk ke dalam kebudayaan yang ada dalam Kampung
Betawi tersebut. Anggota kelompok tersebut juga dapat memperlihatkan kesenian
Ondel-Ondel yang merupaka cirri khas kebudayaan Betawi. Pada penmpilan tersebut
sangat terasa adanya aspek antropologi yang diangkat yaitu aspek kesenian.
Vidio
tersebut secara keseluruhan memang sudah bagus, tetapi karena aspek antropologi
yang diangkat ada banyak. Ini membuat penjelasan yang diberikan kepada setiap
aspek dirasakan kurang. Dalam menjelaskan setiap aspek antopologi terkesan cukup
membosankan karena lamanya wawancara yang dilakukan kelompok tersebut. Inilah
yang membuat penonton kurang tertarik menonton video tersebut, walaupun pada
dasarnya materi yang diangkat kelompok ini sudah bagus.
3. Kesimpulan
Vidio
yang ditampilkan oleh kelompok ini memberikan banyak sekali pengetahuan kepada
penonton. Kelompok ini juga telah dapat menggambarkan aspek antopologi yang
mereka angkat, yaitu aspek kesenian, bahasa, dan sistem mata pencarian hidup.
Inilah yang membuat setiap aspek dirasakan kurang mendapat penjelasan karena
banyaknya aspek yang dibahas dalam video ini. Walaupun demikian, kelompok ini
sudah cukup mampu mengupas kebudayaan Betawi yang terdapat di Kampung Betawi di
daerah Setu Babakan.
3. Desa Legokhuni
1.
Aspek Antropologi
yang Dibahas
Vidio
ini membahas aspek sistem kemasyarakatan. Dalam vidio tersebut dibahas
bagaimana kehidupan yang terdapat dalam suatu masyarakat Desa Legokhuni. Desa
Legokhuni berada di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta Provinsi Jawa
Barat. Legokhuni memiliki filosofi yang sangat unik yaitu, Legok yang berarti
turunan dan Huni adalah tanaman yang memilki buah yang rasanya asam. Jadi arti
kata Legokhuni secara Universal adalah diturunan (Legok) terdapat tanaman Huni.
Hal tersebutlah yang berusaha untuk dijelaskan oleh kelompok ini.
Desa Legokhuni awalnya merupakan sebuah
perkebunan teh. Secara umum digambarkan dalam vidio tersebut, bahwa penggunaan
tanah di Desa Logokhuni sebagian besar untuk tanah perkebunan dan pertanian
sisanya untuk tanah kering merupakan bangunan dan fasilitas-fasilitas lainnya. Kelompok
ini melaui vidio itu berusaha menjelaskan tentang mata pencarian hidup masyarakat
Desa Legokhuni. Mata pencarian masyarakat Desa Legokhuni sebagian besar
pengusaha Home Industri dan petani. Selain itu masyarakat pun memilki hewan
ternak di rumahnya masing-masing. Nilai-nilai sistem masyarakat tersebutlah
yang berusaha untuk digambarkan dalamvidio tersebut.
2. Visualisasi
Vidio
ini sudah cukup bagus dalam mengambarkan tentang kebudayaan yang ada dalam
masyarakat Desa Legokhuni. Dalam vidio tersebut ditampilkan bagamana kehidupan
sehari-hari masyarakat tersebut. Mereka membahas hampir semua aspek yang ada
dalam masyarakat Desa Legokhuni. Vidio telah cukup bisa untuk menggambarkan aspek
antropologinya. Kelompok ini terjun langsung dalam keseharian yang terdapat
dalam masyarakat tersebut. Mereka merekam setiap kegiatan yang diakukan oelh
masyarakat itu, seperti dari kegiatan pertanian, sarana dan prasarana yang
terdapat dalam lingkungan msyarakat itu, dan peralatan-peratan tradisional yang
dibuat oleh masyarakat itu sendiri.
Tapi,
dalam vidio tersebut masih kurang penjelasan yang diberikan. Suara yang
diberikan untuk menjelaskan menjadi kurang terdengar, inilah yang membuat
penonton kurang mendapat informasi yang cukup. Kelompok ini juga belum membahas
secara mendalam mengenai asal usul Desa Legokhuni tersebut. Walaupun demikian, Vidio
tersebut telah cukup baik untuk memberikan pengetahuan yang baru.
3. Kesimpulan
Vidio
tersebut telah cukup bagus, karena para anggota kelompok telah masuk kedalam
kehidupan masyarakat Desa Legokhuni. Mereka telah menjelaskan bagaimana
kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat Desa Legokhuni. Vidio ini telah
berhasil mengambarkan aspek antropologi dalam suatu masyarakat. Dalam vidio ini
telah dibahas setiap aspek kehidupan yang terdapat dalam masyarakat Desa
Legokhuni. Walaupun penjelasan yang diberikan masih dirasakan kurang, tetapi
vidio ini telah cukup memberikan banyak pengetahuan kepada penonton.
4. Espedisi Bedog Ciwidey
1.
Aspek Antropologi
yang Dibahas
Dalam
video ini aspek yang dibahas adalah peralatan, dan perlengkapan hidup manusia.
Bedog atau golok tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu kerja di ladang,
namun juga memiliki fungsi simbolis sebagai senjata gengegam raja. Bedog
Ciwidey memiliki nilai-nilai sejarah yang sangat kental. Ini dapat dilihat dari
bilah, gagang< sarung hias dan fungsi dari Bedog Ciwidey itu sendiri.
Golok
Ciwidey merupakan akumulasi dari nilai-nilai lokal yang menyerap kebudayaan
pendatang yang melahirkan cirri yang sangat unik. Setiap bentuk Bedog memilki
nilai filosofi yang sangat unik. Inilah yang menjadikan Bedog Ciwidey memilki
banyak sekali fungsi sebagai peralatan hidup manusia. Nilai-niali budaya inilah
yang digali oleh kelompok ini. Mereka berusaha untuk mengungkapkan setiap
nilai-nilai yang terkandung di dalam setiap bentuk Bedog. Dalam video tersebut
ditunjukkan bagaimana peran Bedog di dalam kehidupan manusia baik dalam zaman
sejarah maupun zaman sekarang ini. Karena Bedog merupakan peralatan yang
mempunyai nilai seni yang sangat tinggi, khususnya bagi masyarakat Bandung.
2. Aspek Visual
Visualisasi di dalam video ini sudah
bagus. Mereka dapat menggambarkan bagaimana nilai-nilai kebudayaan yang
terdapat di dalam peralatan yang digunakan oleh penduduk yaitu Bedog.
Penjelasan yang diberikan juga telah banyak memberikan banyak pengetahuan
kepada penonton. Kelompok ini telah mampu meliput asal usul dari Bedog itu
sendiri. Mereka mampu menunjukkan dari awal proses pembuatan bedog itu sampai
menjadi Bedog yang siap digunakan. Dalam proses tersebut dijelaskan bagaimana
nilai-nilai yang terkandung dalam setiap bentuk Bedog yang telah dihasilkan.
Dalam penampilan video tersebut penonton
tidak merasa bosan, karena video tersebut terkesan tidak monoton. Pembuat film
tersebut mampu membuat dinamika yang membuat penonton untuk memperhatikan video
tersebut. Proses Tanya jawab yang dilakukan antara narasumber dengan penanya
tidak berbelit-belit. Hal tersebutlah yang membuat penjelasan yang diberikan
oleh para narasumber dapat dengan cepat dimengerti oleh para penonton. Para
pembuat film pun dapat menciptakan nilai-nilai empati dalam hati penonton yang digambarkan melalui
kehidupan para perajin Bedog Ciwidey tersebut. Para perajin tersebut
menggantungkan kehidupan mereka dari Bedog Ciwidey tersebut. Nilai-nilai sosial
inilah yang berusaha untuk diciptakan oleh kelompok ini, dengan terjun langsung
ke dalam kehidupan para perajin Bedog. Dari hal tersebut, jalas sekali dapat
dirasakan nilai-nilai kebudayaan yang berkembang di dalam kehidupan penduduk
yang menggantungkan kehidupan mereka dari hasil penjualan Bedog tersebut.
3. Kesimpulan
Vidio yang dihasilkan oleh kelompok ini
sudah bagus. Mereka dapat menyajikan sebuah karya yang berhasil menampilkan
aspek nilai yang terkandung dalam masyarakat Ciwidey yang sebagian besar
menggantungkan kehidupan mereka pada Bedog. Dalam video ini mampu menggambarkan
aspek antropologi yaitu peralatan dan perlengkapan hidup. Mereka menggambarkan
aspek tersebut melalui proses yang terjadi dalam pembuatan Bedog Ciwidey
tersebut. Dalam setiap proses tersebut mengandung nilai-nilai kebudayaan yang
terdapat dalam kehidupan masyarakat sekitar. Mereka mampu menjelaskan setiap
nilai yang terkandung dalam setiap bentuk Bedog yang dihasilkan.
5. Pusaka Budaya Yogyakarta Museum Kareta Keraton
1.
Aspek Antropologi
yang Dibahas
Vidio
ini membahas Aspek peralatan dan perlengkapan hidup manusia. Museum Kereta
Keraton merupakan sebuah museum yang menyimpan kereta kuda milik Keraton
Kesultanan. Dalam Vidio tersebut ingin membuktikan keberadaan alat angkut pada
masa pra sejarah di Indonesia. Berdasarkan data yang dikumpulkan diketahuilah
bahwa kereta pada umumnya hanya digunakan oleh masyarakat golongan atas yakni
raja dan keluarganya dan atau para pejabat penting suatu negara/kerajaan. Dan kehidupan
kekeratonanlah yang ingin dibahas oleh kelompok ini. Mereka membahas aspek
kehidupan dan kebiasaan yang dilakukan oleh keluarga Keraton terutama masalah
alat transportasi yang digunakan.
Dalam
vidio tersebut juga dijelaskan bahwa penamaan masing-masing kereta kuda
dilakukan menurut dengan kepercayaan orang Jawa akan adanya roh atau kekuatan
pada setiap benda. Lebih dari itu, penamaan dilakukan karena kereta-kereta tersebut
telah banyak berjasa dan telah dianggap sebagai pusaka keraton. Sebagai pusaka
keraton, kereta-kereta tersebut mendapat pengormatan berupa upacara Jamasan.
Jamasan adalah kegiatan memandikan, memberi “makan” berupa sesaji dan mendoakan
semua benda pusaka. Hal inilah yang berusaha diungkapkan oleh kelompok ini
dalam vidio tersebut. Mereka membahas mengenai aspek kepercayaan atau religi
yang dilakukan oleh masyarakat sekitar Keraton.
2. Aspek Visual
Penampilan
dalam vidio tersebut dirasakan masih kurang. Dalam vidio tersebut hanya
ditampilkan gambar-gambar jenis-jenis Kereta Keraton. Dalam mengambil nilai
antropologi kelompok ini dilihat dari tampilannya yang menyebutkan jenis-jenis
kereta tersebut. Inilah yang membuat karya yang dihasilkan terlihat sangat
monoton. Mereka belum dapat mengali nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupan
masyarakat di daerah sekitar Keraton yang berhubungan dengan Kereta Keraton
tersebut. Kehidupan Kesultanan pun yang menjadi objek dalam peliputan vidio
tersebut dirasakan masih belum tersentuh oleh kelompok tersebut.
Dalam
vidio tersebut belum ada nilai antropologinya. Mereka belum dapat menampilkan
aspek-aspek kepercayaan yang dimilki oleh masyarakat sekitar terhadap
keberadaan kereta tersebut. Kehidupan maupun silsilah kesultanan yang turun
temurun menggunakan kereta tersebut belum dapat ditampilkan. Dalam vidio
tersebut masih tekstual belum kontekstual, belum ada nilai budaya yang
dirasakan oleh penonton. Hla tersebut membuat dialog kebudayaan belum dapat
muncul dalam vidio.
3. Kesimpulan
Secara
keseluruhan vidio ini masih kurang, padahal ide-ide dan aspek antropologi yang
ingin dibahas dalam vidio ini sangatlah menarik. Kelompok ini belum dapat
menunjukkan nilai-nilai budaya yang terdapat baik dalam keluarga Kesultanan maupun
masyarakat sekitarnya. Dalam vidio ini dirasakan terlalu monoton, dengan hanya
ditampilkannya gambar-gambar jenis-jenis Kereta Keraton. Penjelasan yang
diberikan pun belum dapat ditangkap oleh para penonton. Hal ini dimungkinkan
karena keterbatasan dalam peliputan vidio di tempat Museum Kereta Keraton.
6.
Batik Kayu
1.
Aspek Antropologi
yang Dibahas
Dalam
vidio ini yang dibahas adalah aspek kesenian yang terdapat di Daerah Bantul,
Yogyakarta. Seni di atas kayu inilah yang ingin lebih didalami oleh kelompok
ini. Lazimnya batik ditorehkan di atas kain, namun para pengrajin di Daerah
Bantul ini, batik dikembangkan dengan menggunakan media kayu. Hal tersebutlah
yang menjadi objek dalam pembuatan film tersebut. Asal usul dari Batik Kayu
inilah yang ditampilkan dalam vidio kelompok tersebut.
Dalam
vidio tersebut itu pun disebutkan hasil-hasil dari Batik Tulis tersebut seperti
topeng kayu, miniatur binatang, dan pernik hiasan lainnya dihiasi motif-motif
batik yang dibuat dengan proses layaknya membatik di atas kain. Kreativitas warga daerah tersebut dalam
kerajinan batik kayu, telah membuat dusun ini dijadikan sebagai desa wisata
yang ada di Kabupaten Bantul. Kehidupan masyarakat daerah tersebutlah yang
menjadi pusat perhatian dalam pembuatan film tersebut. Kerajinan Batik Kayu ini
menjadi icon sekaligus tulang punggung warga. Sehingga kerajinan dalam Batik
Kayu ini mencerminkan kehidupan masyarakat tersebut.
2.
Aspek
Visualisasi
Penampilan
dalam vidio ini dirasakan sudah bagus. Kelompok ini telah berhasil menggambarkan
aspek antropologi yang mereka angkat yaitu mengenai kesenian. Dalam
menggambarkan nilai antropologi dilihat dari tampilan dalam vidio ini yang
menjelaskan secara jelas sejarah dari Batik Kayu itu sendiri. Mereka juga
menampilkan bagaimana proses pembuatan Batik Kayu ini.
Namun
dalam memberikan penjelasan, kelompok ini terlalu banyak wawancara yang
dilakukan. Hal tersebutlah yang membuat vidio ini terkesan agak membosankan.
Walaupun demikian, mereka mampu menjelaskan dengan rinci mengenai Batik Kayu
itu sendiri kepada penonton. Vidio ini telah mengandung nilai antropologi di
dalamnya. Ini dinyatakan dengan dialog-dialog
budaya yang dilakukan dengan masyarakat sekitar yang berada dekat dengan
pembuatan kerajinan Batu Kayu ini.
3.
Kesimpulan
Karya
ini telah menggambarkan bagaimana aspek antropologi yaitu aspek kesenian yang
terdapat di dalam kesenian Batik Kayu itu ditampilkan. Dalam vidio tersebut
telah terdapat nilai-nilai kebudayaan yang sedang berkembang dalam masyarakat
tersebut. Masyarakat yang menjadikan Batik Kayu ini sebagai tulang penggung
perekonomian masyarakat tersebut. Selain tiu Batik Kayu ini telah menjadi icon
daerah Bantul. Dalam vidio tersebut juga dijelaskan secara rinci bagaimana asal
usul dari Batik Kayu ini. Hal tersebutlah yang membuat vidio ini telah memenuhi
nilai antropologi itu sendiri.
7.
Kebudayaan dari
Subang (Sisingaan)
1.
Aspek Antropologi
yang Dibahas
Vidio
ini membahas tentang Sisingaan yaitu
suatu jenis kesenian tradisional atau seni yang dilakukan dengan arak-arakan
dalam bentuk heleran. Aspek kesenianlah yang ingin ditampilkan dalam karya ini.
Pertunjukannya biasa ditampilkan pada acara khitanan atau acara-acara khusus
seperti: menyambut tamu, hiburan peresmian, kegiatan hari-hari besar lainnya.
Didalam seni sisingaan terdapat unsur-unsur seperti: seni tari, olah raga
(Pencak Silat dan Jaipongan), seni karawitan, seni sastra dan seni busana.
Semua unsur tersebut berpadu dan bersinergi membentuk suatu tari dan lagu dan
acapkali ditambah dengan gerak akrobat yang membentuk formasi seperti standen.
Berbagai aspek kesenian tersebutlah yang ditampilkan dalam karya tersebut.
Dalam
vidio tersebut dijelaskan tentang sejarah Sisingaan, pelopor Sisingaan, dan
kapan Sisingaan ditampilkan. Karya ini
menjelaskan tentang asal usul nama Sisingaan itu sendiri. Secara etimologis, Sisingaan
berasal dari kata singa yaitu sutu bentuk usungan yang mirip badan singa. Singa
dijadikan lambangnya karena hewan singa melambangkan keperkasaan, keberanian,
dan kekuatan. Nilai-nilai tersebutlah yang ingin ditampilkan dalam setiap
pertunjukkan Sisingaan.
2. Aspek Visualisasi
Karya
yang dihasilkan oleh kelompok ini telah bagus. Mereka telah berhasil
menggambarkan aspek antropologi yaitu kesenian yang terdapat dalam setiap
pertunjukkan Sisingaan. Dalam mengambil nilai antropologi dilihat dari tampilan
yang menyajikan penampilan Sisingaan itu, juga dari sejarah yang dijelaskan
oleh kelompok ini dalam vidio tersebut. Dalam vidio ini dijelaskan dengan rinci
tentang sejarah dan asal usul pertunjukkan Sisingaan tersebut.
Kelompok
ini terjun langsung kedalam kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat tersebut.
Mereka mampu menampilkan festival Sisingaan tersebut dan mereka ikut bergabung
langsung dalam pertunjukkan kesenian tersebut. Dalam pertunjukkan yang diliput
oleh kelompok ini, dapat dirasakan susana pertunjukkan Sisinggan yang
sesungguhnya. Para masyarakat secara nyata dapat terlihat antusiasnya dalam
pertunjukkan tersebut. Dalam vidio ini dengan jelas terjadi dialog kebudayaan
antara anggota kelompok tersebut dengan para masyarakat. Hal ini disebabkan
karena mereka benar-benar terlihat ikut berpastisipasi dalam pertunjukkan
Sisingaan tersebut. Mereka mampu berbaur dengan masyarakat sekitar yang juga
menonton pertunjukkan kesenian tersebut. Mereka juga mampu menghadirkan
nilai-nilai budaya dalam vidio yang mereka tampilkan ini.
3. Kesimpulan
Secara
garis besar, hasil karya yang ditampilkan oleh kelompok initelah bagus. Mereka
telah berhasil membahas aspek antropologi yang mereka tampilkan. Hasil karya
ini telah menunjukkan sebuah nilai antropologi yang berkembang di daerah Subang
yaitu kesenian Sisingaan. Karya ini juga telah memberikan penjelasan yang dapat
mudah dimengerti oleh setiap penonton. Kelompok ini juga berhasil ikut berbaur
dengan masyarakat sekitar dimana kesenia Sisingaan ini dipertunjukkan.
8. Kampung Adat Cikondang
1.
Aspek Antropologi
yang Dibahas
Kelompok
ini membahas aspek organisasi kemasyarakatan yang berkembang di Kampung Adat
Cikondang. Secara turu temurun, masyarakat kampung Cikondang masih teguh
memegang adat istiadat leluhur. Sistem kebudayaan yang demikian yang dubahas
dalam vidio ini. Nilai-nilai tradisi yang masih melekat dan masih dipertahankan
oleh penduduk Jkampung Cikondanglah yang memilki daya tarik dalam vidio yang
dibuat oleh kelompok tersebut. Beberapa bangunan adat yang masih berdiri di desa ini merupakan
suatu bukti bahwa bentuk-bentuk kearifan lokal yang masih tetap terus di pertahankan
dan hal tersebutb patut ditarik hikmahnya.
Kehidupan
warga kampung Cikondang memilki kepercayaan kepada Hutan Keramat yang terletak
di dibahas dalam vidio tersebut. Hal ini
membuktikan bahwa di zaman yang seperti ini, masih ada masyarakat yang memilki
kepercayaan yang seperti itu. Masyarakat tersebut masih mempercayai adanya
larangan dan pantangan yang secara turun temurun dilakukan dalam lingkungan
hutan keramat atau hutan larangan tersebut. Kampung Adat Cikondang pun memilki satu keunikan yang
terdapat dalam masyarakatnya yaitu kompeks rumah adat atau rumah keramat yang
mencerminkan kehidupan bersahaja masyarakatnya. Kebudayaan-kebudayaan
masyarakat tersebutlah yang menjadi objek yang dibahas dalam vidio yang
ditampilkan oleh kelompok tersebut.
2.
Aspek Visualisasi
Hasil
karya yang ditampilkan oleh kelompok ini masih kurang. Mereka belum dapat
menggambarkan bagaimana aspek antropologi yang berkembang di masyarakat
tersebut dengan baik. Hasil vidio yang ditanyangkan pun sepertinya belum
diperbaiki, masih dalam keadaan mentah. Kelompok ini belum menampilkan
nilai-nilai budaya yang terdapat dalam Kampung Adat Cikondang. Dialog budaya
pun sama sekali tidak terlihat dalam vidio yang ditampilkan oleh kelompok tersebut.
Mereka belum masuk ke dalam kehidupan masyarakat sekitar tersebut.
Penjelasan
yang diberikan pun tidak jelas. Hal tersebut membuat penonton menjadi bingung
dengan aspek yang dibahas oleh kelompok ini. Gambar-gambar yang dihasilkan
masih dalam keadaan yang tidak rapih. Pembukaan yang ditampilkan dalam vidio
ini masih terlalu panjang. Penonton belum tidak dapat mengerti tentang karya
yang ditampilkan oleh kelompok ini. Kelompok ini belum dapat mengungkapkan
nilai-nilsi budaya yang terdapat di dalam kehidupat masyarakat daerah tersebut.
3. Kesimpulan
Karya
yang dihasilkan oleh kelompok ini masih kurang. Vidio ini belum dapat
menggambarkan aspek antropologi. Penjelasan yang diberikan juga dirasakan masih
kurang, sehingga penonton kurang mengerti tentang aspek yang dibahas oleh
kelompok ini. Kelompok ini belum dapat masuk ke dalam kehidupan masyarakat Adat Cikondang. Vidio
ini masih belum selesai untuk dirapihkan, masih mentah karena waktu dalam
penampilannya saja melampaui satu jam. Mereka belum selesai untuk merevisi
vidio tersebut.
9.
Pabrik Gong Pancasan
Bogor
1. Aspek Antropologi yang Dibahas
Kelompok
ini membahas aspek kesenian yaitu seni musik. Pabrik Gong Pancasan Bogor ini
merupakan salah satu pabrik yang tertua dan cara pembuatannya masih menggunakan
cara tradisional. Hal ini tersebutlah yang dibahas oleh kelompok ini, yaitu
proses pembuatan gong yang masih sederhana. Setiap proses yang dikerjakan oleh
para perajin gong tersebut mempunyai nilai-nilai budaya yang sangat kental.
Setiap gong yang dibuat dalam berbagai jenis dan ukuran yang berbeda-beda.
Hanya ada satu orang yang mampu untuk menyelaraskan bunyi dari sebuah gong. Hal
ini disebabkan tidak adanya penerus yang memiliki kemampuan tersebut.
Vidio
tersebut pun menjelaskan sejarah berdirinya pabrik tersebut mulai dari zaman
kolonial. Pabrik Gong tersebut merupakan salat satu pabrik tua yang telah
berdiri sekitar 200 tahun. Kesenian yang dihasilkan oleh alat musik gong
tersebut juga sangat diminati oleh para turis. Vidio ini membahas bagaimana
eksistensi sebuah pabrik dan nilai-nilai kesenian yang dimiki oleh pabrik Gong
tersebut agar tetap bertahan selama itu.
2. Aspek Visualisasi
Karya
kelompok ini sudah bagus dalam menampilkan vidionya. Mereka telah menggambarkan
aspek kesenian yang dimiliki dalam alat musik Gong tersebut. Di dalam vidio itu
pun mereka telah menunjukkan dialog-dialog budaya. Mereka berinteraksi dengan
baik dengan para pekerja Gong tersebut. Vidio tersebut telah memberikan
penjelasan yang sangat baik, sehingga penonton dapat dengan mudah mengerti
bagaimana budaya yang terkandung di dalam vidio tersebut.
Vidio
yang ditampilkan telah berhasil menggambarkan aspek antropologi yaitu aspek
kesenian yang terdapat pada alat musik Gong. Kelompok ini juga telah melakukan
wawancara yang secara tidak langsung menjelaskan tentang sejarah terbentuknya
pabrik tersebut, kegiatan, serta eksistensi bertahannya pabrik tersebut. Dalam
hal ini berarti mereka telah terjun langsung melakukan interaksi dengan
masyarakat di daerah tersebut khususnya kepada pekerja Gong tersebut. Mereka
telah banyak melakukan dialog budaya dengan masyarakat daerah itu. Dengan
demikan kelompok ini telah mampu mengambil nilai antropologi tersebut. Vidio
ini telah mengandung nilai antropologi.
3. Kesimpulan
Karya ini telah menampilkan hasil yang sudah
bagus. Dalam vidio tersebut telah mengandung nilai-nilai budaya yang berkembang
dalam masyarakat tersebut terutama pada para pekerja Gong tersebut. Dalam vidio
ini sudah ada nilai antropologinya. Dalam mengambil nilai antropologi dalam
karya ini dilihat dari tampilan wawancara yang dialkukan oleh kelompok ini
kepada para pekerja Gong tersebut. Mereka melakukan interaksi dengan
orang-orang yang berhubungan langsung dengan kesenian Gong. Mereka juga meliput
bagaimana proses pembuatan Gong dari awal yang ditampilkan secara jelas dari
tahap demi tahap. Hal tersebut sangat bermanfaat kepada para penonton. Sehingga
dengan demikian dapat dengan mudah mengerti kebudayaan yang dibahas.
10.
Kebudayaan Sunda (Saung
Angklung Udjo)
1.
Aspek Antropologi
yang Dibahas
Kelompok
ini membahas aspek kesenian yang terdapat pada kebudayaan Sunda khususnya yang
berkembang di Saung Angklung Udjo. Saung Angklung Udjo adalah suatu tempat
pengembangan kebudayaan, yang merupakan tempat tempat pertunjukan, pusat
kerajinan tangan dari bambu, dan pengembangan instrumen musik dari bambu.
Selain itu juga merupakan pusat belajar untuk memelihara kebudayaan Sunda dan
khususnya angklung. Inilah yang dibahas dalam vidio kelompok ini. Mereka
menjelaskan tentang suatu masyarakat melestarikan dan memelihara seni dan
kebudayaan tradisional Sunda.
Kesenian
Sunda tersebut dilestarikan dengan mengadakan pertunjukkan-pertunjukkan baik
yang diadakan di lokasi Saung Angklung Udjo maupun yang diadakan di luar lokasi
tersebut. Pertunjukkan kesenian tersebut berusaha untuk memperkenalkan kesenian
tersebut kepada generasi muda. Dalam vidio tersebut juga dijelaskan tentang
kebudayaan lain yang dimilki oleh daerah Sunda seperti, makanan-makanan khas
Sunda, tempat-tempat bersejarah, adan tarian Sunda. Semua itu dibahas dalam
vidio yang ditampilkan oleh kelompok ini.
2. Aspek Visualisasi
Vidio
ini sudah cukup bagus menampilkan tentang kebudayaan Sunda. Dalam vidionya
ditampilkan berbagai macam kesenian yang dimilki oleh daerah Sundah. Mereka
telah mempertunjukkan penampilan-penampilan yang dilakukan di Saung Angklung
Udjo. Mereka mengambil nilai antropologi dilihat dari tampilan yang
mempertunjukkan bagaimana nilai-nilai budaya yang terkandung dalam setiap
kesenian tersebut.
Pada
dasarnya vidio ini telah memiliki nilai antropologi dalam setiap penampilannya.
Namun, penjelasan yang diberikan masih dirasakan kurang. Kelompok ini belum
banyak memeberikan informasi. Mereka juga belum masuk ke dalam kesenian yang
dibahas. Kelompok ini belum ikut serta dalam kebudayaan yang ditampilkan.
Mereka masih berada di luar lingkungan kebudayaan tersebut.
3. Kesimpulan
Vidio
ini memeilki ide yang cukup bagus. Mereka membahas tantang kebudayaan yang
dimilki oleh daerah Sunda. Mereka berusaha menggali nilai-nilai yang terkandung
dalam setiap pertunjukkan. Akan tetapi, penjelasan yang diberikan oleh kelompok
ini kepada penonton dirasakan masih sangat kurang. Mereka belum membahas aspek
tersebut secara mendalam. Hal tersebutlah yang membuat para penonton tidak
dapat mengerti nilai-nilai kebudayaan yang dibahas oleh kelompok ini.