Choose the categories.!

Saturday, 5 November 2011

Mengenal Antropologi Budaya


1.  Pencak Silat Ular
1.   Aspek Antropologi yang Dibahas
       Pencak Ular membahas aspek kesenian tradisional yang berasal dari daerah Garut Kecamatan Samarang. Pencak ular ini tidak jauh berbeda dengan kesenian pencak silat pada umumnya. Hanya saja selain mendemostrasikan jurus-jurus silat, sang pesilat juga membawa ular berbisa dalam antraksinya. Kelebihan lainnya ialah pesilat bisa menjinakan ular-ular tersebut bahkan kebal terhadap gigitan.
       Pencak silat ular ini khususnya membahas mengenai seni bela diri yang digabungkan dengan seni tari. Pesilat mampu menggabungkan dua kesenian yang saling bertolak belakang ke dalam sebuah penampilan yang sangat mengagumkan. Dalam pertunjukkan mampu menampilkan sebuah kebudayaan yang telah berakar dalam masyarakat Garut yaitu seni pencak silat, yang kemudian di kembangkan kembali menjadi Pencak Ular.
2.   Aspek Visual
       Visualisasi di dalam video tersebut cukup bagus. Di dalam video di gambarkan bagaimana interaksi antara pembuat film dengan masyarakat setempat. Mereka ikut bergabung dalam pertunjukan Pencak Silat Ular tersebut. Pengambilan gambar dalam video tersebut pun sangat baik. Penonton sudah cukup dapat merasakan kebudayaan yang diangkat oleh anggota kelompok tersebut.
       Tetapi masih ada kekurangannya, seperti belum adanya penjelasan mengenai asal usul Pencak Silat Ular tersebut. Masih ada kebingungan dalam pikiran orang yang menonton film tersebut, penonton belum mengetahui apa sebenarnya Pencak Silat Ular tersebut. Dalam video tersebut belum mengambarkan suasana yang sesungguhnya dalam pertunjukan Pencak Silat Ular. Pertunjukan masih dilaksanakan pada lokasi yang seadanya, yaitu di depan pekarangan rumah penduduk. Warga bulum turut serta dalam pertunjukan tersebut.
3.   Kesimpulan
       Vidio yang diambil oleh kelompok ini sudah cukup menggambarkan kebudayaan yang berkembang di daerah Garut. Kelompok ini mampu memberikan pengetahuan yang baru bagi para penonton, karena belum pernah ada yang melakukan pencak silat dengan ular. Ini merupakan suatu yang baru dan sangat mengesankan para penonton. Walaupun masih terdapat kekurangan dalam pembuatan filmnya, seperti kurangnya penjelasan tentang isi kebudayaan yang dibahas kelompok tersebut. Namun demikian, secara garis besar kelompok ini sudah dapat menyatakan visualisasi yang baik.


2.  Kampung Betawi & Batavia
1.   Aspek Antropologi yang Dibahas
       Dalam video yang ditampilkan kelompok tersebut, ada beberapa aspek antropologi yang diangkat. Mereka menampilkan beberapa aspek antropologi yang terdapat dalam sebuah masyarakat. Kelompok tersebut mengangkat kebudayaan Betawi yang ada di Setu Babakan. Aspek yang diangkat dalam video tersebut adalah aspek bahasa, kesenian,  dan sistem mata pencarian hidup.
       Ketiga aspek tersebut sangat jelas digambarkan di dalam video tersebut. Dalam setiap  aspek yang diangkat, kelompok tersebut cukup memberikan contoh yang jelas sehingga penonton dapat dengan mudah mengerti maksud yang ingin disampaikan. Dalam aspek bahasa, kelompok tersebut mengangkat bahasa betawi yang digunakan oleh sebagian besar penduduk daerah tersebut. Sedangkan dalam aspek kesenian, mereka mengangkat kesenian Ondel-Ondel yang merupakan ciri khas dari kebudayaan Betawi. Dan dalam sistem mata pencarian hidup, pembuat film mengangkat tentang makanan-makanan khas Betawi yaitu kerak telor dan dodol, yang juga merupakan salah satu mata pencarian penduduk daerah tersebut. Makanan tersebut diperjualbelikan oleh para warga kepada para pengunjung. Hasil penjualannya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
2.   Aspek Visual
       Visualisasi dalam video tersebut cukup bagus. Video tersebut telah cukup mengambarkan aspek antropologi. Dalam video tersebut telah ditampilkan kehidupan masyarakat Betawi pada umumnya. Anggota kelompok tersebut pun terlihat masuk ke dalam kebudayaan yang ada dalam Kampung Betawi tersebut. Anggota kelompok tersebut juga dapat memperlihatkan kesenian Ondel-Ondel yang merupaka cirri khas kebudayaan Betawi. Pada penmpilan tersebut sangat terasa adanya aspek antropologi yang diangkat yaitu aspek kesenian.
       Vidio tersebut secara keseluruhan memang sudah bagus, tetapi karena aspek antropologi yang diangkat ada banyak. Ini membuat penjelasan yang diberikan kepada setiap aspek dirasakan kurang. Dalam menjelaskan setiap aspek antopologi terkesan cukup membosankan karena lamanya wawancara yang dilakukan kelompok tersebut. Inilah yang membuat penonton kurang tertarik menonton video tersebut, walaupun pada dasarnya materi yang diangkat kelompok ini sudah bagus.
3.   Kesimpulan
       Vidio yang ditampilkan oleh kelompok ini memberikan banyak sekali pengetahuan kepada penonton. Kelompok ini juga telah dapat menggambarkan aspek antopologi yang mereka angkat, yaitu aspek kesenian, bahasa, dan sistem mata pencarian hidup. Inilah yang membuat setiap aspek dirasakan kurang mendapat penjelasan karena banyaknya aspek yang dibahas dalam video ini. Walaupun demikian, kelompok ini sudah cukup mampu mengupas kebudayaan Betawi yang terdapat di Kampung Betawi di daerah Setu Babakan.


3.  Desa Legokhuni
1.   Aspek Antropologi yang Dibahas
       Vidio ini membahas aspek sistem kemasyarakatan. Dalam vidio tersebut dibahas bagaimana kehidupan yang terdapat dalam suatu masyarakat Desa Legokhuni. Desa Legokhuni berada di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta Provinsi Jawa Barat. Legokhuni memiliki filosofi yang sangat unik yaitu, Legok yang berarti turunan dan Huni adalah tanaman yang memilki buah yang rasanya asam. Jadi arti kata Legokhuni secara Universal adalah diturunan (Legok) terdapat tanaman Huni. Hal tersebutlah yang berusaha untuk dijelaskan oleh kelompok ini.
        Desa Legokhuni awalnya merupakan sebuah perkebunan teh. Secara umum digambarkan dalam vidio tersebut, bahwa penggunaan tanah di Desa Logokhuni sebagian besar untuk tanah perkebunan dan pertanian sisanya untuk tanah kering merupakan bangunan dan fasilitas-fasilitas lainnya. Kelompok ini melaui vidio itu berusaha menjelaskan tentang mata pencarian hidup masyarakat Desa Legokhuni. Mata pencarian masyarakat Desa Legokhuni sebagian besar pengusaha Home Industri dan petani. Selain itu masyarakat pun memilki hewan ternak di rumahnya masing-masing. Nilai-nilai sistem masyarakat tersebutlah yang berusaha untuk digambarkan dalamvidio tersebut.
2.   Visualisasi
       Vidio ini sudah cukup bagus dalam mengambarkan tentang kebudayaan yang ada dalam masyarakat Desa Legokhuni. Dalam vidio tersebut ditampilkan bagamana kehidupan sehari-hari masyarakat tersebut. Mereka membahas hampir semua aspek yang ada dalam masyarakat Desa Legokhuni. Vidio telah cukup bisa untuk menggambarkan aspek antropologinya. Kelompok ini terjun langsung dalam keseharian yang terdapat dalam masyarakat tersebut. Mereka merekam setiap kegiatan yang diakukan oelh masyarakat itu, seperti dari kegiatan pertanian, sarana dan prasarana yang terdapat dalam lingkungan msyarakat itu, dan peralatan-peratan tradisional yang dibuat oleh masyarakat itu sendiri.
       Tapi, dalam vidio tersebut masih kurang penjelasan yang diberikan. Suara yang diberikan untuk menjelaskan menjadi kurang terdengar, inilah yang membuat penonton kurang mendapat informasi yang cukup. Kelompok ini juga belum membahas secara mendalam mengenai asal usul Desa Legokhuni tersebut. Walaupun demikian, Vidio tersebut telah cukup baik untuk memberikan pengetahuan yang baru.
3.   Kesimpulan
       Vidio tersebut telah cukup bagus, karena para anggota kelompok telah masuk kedalam kehidupan masyarakat Desa Legokhuni. Mereka telah menjelaskan bagaimana kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat Desa Legokhuni. Vidio ini telah berhasil mengambarkan aspek antropologi dalam suatu masyarakat. Dalam vidio ini telah dibahas setiap aspek kehidupan yang terdapat dalam masyarakat Desa Legokhuni. Walaupun penjelasan yang diberikan masih dirasakan kurang, tetapi vidio ini telah cukup memberikan banyak pengetahuan kepada penonton.


4.  Espedisi Bedog Ciwidey
1.   Aspek Antropologi yang Dibahas
       Dalam video ini aspek yang dibahas adalah peralatan, dan perlengkapan hidup manusia. Bedog atau golok tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu kerja di ladang, namun juga memiliki fungsi simbolis sebagai senjata gengegam raja. Bedog Ciwidey memiliki nilai-nilai sejarah yang sangat kental. Ini dapat dilihat dari bilah, gagang< sarung hias dan fungsi dari Bedog Ciwidey itu sendiri.
       Golok Ciwidey merupakan akumulasi dari nilai-nilai lokal yang menyerap kebudayaan pendatang yang melahirkan cirri yang sangat unik. Setiap bentuk Bedog memilki nilai filosofi yang sangat unik. Inilah yang menjadikan Bedog Ciwidey memilki banyak sekali fungsi sebagai peralatan hidup manusia. Nilai-niali budaya inilah yang digali oleh kelompok ini. Mereka berusaha untuk mengungkapkan setiap nilai-nilai yang terkandung di dalam setiap bentuk Bedog. Dalam video tersebut ditunjukkan bagaimana peran Bedog di dalam kehidupan manusia baik dalam zaman sejarah maupun zaman sekarang ini. Karena Bedog merupakan peralatan yang mempunyai nilai seni yang sangat tinggi, khususnya bagi masyarakat Bandung.
2.   Aspek Visual
       Visualisasi di dalam video ini sudah bagus. Mereka dapat menggambarkan bagaimana nilai-nilai kebudayaan yang terdapat di dalam peralatan yang digunakan oleh penduduk yaitu Bedog. Penjelasan yang diberikan juga telah banyak memberikan banyak pengetahuan kepada penonton. Kelompok ini telah mampu meliput asal usul dari Bedog itu sendiri. Mereka mampu menunjukkan dari awal proses pembuatan bedog itu sampai menjadi Bedog yang siap digunakan. Dalam proses tersebut dijelaskan bagaimana nilai-nilai yang terkandung dalam setiap bentuk Bedog yang telah dihasilkan.
       Dalam penampilan video tersebut penonton tidak merasa bosan, karena video tersebut terkesan tidak monoton. Pembuat film tersebut mampu membuat dinamika yang membuat penonton untuk memperhatikan video tersebut. Proses Tanya jawab yang dilakukan antara narasumber dengan penanya tidak berbelit-belit. Hal tersebutlah yang membuat penjelasan yang diberikan oleh para narasumber dapat dengan cepat dimengerti oleh para penonton. Para pembuat film pun dapat menciptakan nilai-nilai empati dalam  hati penonton yang digambarkan melalui kehidupan para perajin Bedog Ciwidey tersebut. Para perajin tersebut menggantungkan kehidupan mereka dari Bedog Ciwidey tersebut. Nilai-nilai sosial inilah yang berusaha untuk diciptakan oleh kelompok ini, dengan terjun langsung ke dalam kehidupan para perajin Bedog. Dari hal tersebut, jalas sekali dapat dirasakan nilai-nilai kebudayaan yang berkembang di dalam kehidupan penduduk yang menggantungkan kehidupan mereka dari hasil penjualan Bedog tersebut.
3.   Kesimpulan
     Vidio yang dihasilkan oleh kelompok ini sudah bagus. Mereka dapat menyajikan sebuah karya yang berhasil menampilkan aspek nilai yang terkandung dalam masyarakat Ciwidey yang sebagian besar menggantungkan kehidupan mereka pada Bedog. Dalam video ini mampu menggambarkan aspek antropologi yaitu peralatan dan perlengkapan hidup. Mereka menggambarkan aspek tersebut melalui proses yang terjadi dalam pembuatan Bedog Ciwidey tersebut. Dalam setiap proses tersebut mengandung nilai-nilai kebudayaan yang terdapat dalam kehidupan masyarakat sekitar. Mereka mampu menjelaskan setiap nilai yang terkandung dalam setiap bentuk Bedog yang dihasilkan.


5.  Pusaka Budaya Yogyakarta Museum Kareta Keraton
1.   Aspek Antropologi yang Dibahas
       Vidio ini membahas Aspek peralatan dan perlengkapan hidup manusia. Museum Kereta Keraton merupakan sebuah museum yang menyimpan kereta kuda milik Keraton Kesultanan. Dalam Vidio tersebut ingin membuktikan keberadaan alat angkut pada masa pra sejarah di Indonesia. Berdasarkan data yang dikumpulkan diketahuilah bahwa kereta pada umumnya hanya digunakan oleh masyarakat golongan atas yakni raja dan keluarganya dan atau para pejabat penting suatu negara/kerajaan. Dan kehidupan kekeratonanlah yang ingin dibahas oleh kelompok ini. Mereka membahas aspek kehidupan dan kebiasaan yang dilakukan oleh keluarga Keraton terutama masalah alat transportasi yang digunakan.
       Dalam vidio tersebut juga dijelaskan bahwa penamaan masing-masing kereta kuda dilakukan menurut dengan kepercayaan orang Jawa akan adanya roh atau kekuatan pada setiap benda. Lebih dari itu, penamaan dilakukan karena kereta-kereta tersebut telah banyak berjasa dan telah dianggap sebagai pusaka keraton. Sebagai pusaka keraton, kereta-kereta tersebut mendapat pengormatan berupa upacara Jamasan. Jamasan adalah kegiatan memandikan, memberi “makan” berupa sesaji dan mendoakan semua benda pusaka. Hal inilah yang berusaha diungkapkan oleh kelompok ini dalam vidio tersebut. Mereka membahas mengenai aspek kepercayaan atau religi yang dilakukan oleh masyarakat sekitar Keraton.
2.   Aspek Visual
       Penampilan dalam vidio tersebut dirasakan masih kurang. Dalam vidio tersebut hanya ditampilkan gambar-gambar jenis-jenis Kereta Keraton. Dalam mengambil nilai antropologi kelompok ini dilihat dari tampilannya yang menyebutkan jenis-jenis kereta tersebut. Inilah yang membuat karya yang dihasilkan terlihat sangat monoton. Mereka belum dapat mengali nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupan masyarakat di daerah sekitar Keraton yang berhubungan dengan Kereta Keraton tersebut. Kehidupan Kesultanan pun yang menjadi objek dalam peliputan vidio tersebut dirasakan masih belum tersentuh oleh kelompok tersebut.
       Dalam vidio tersebut belum ada nilai antropologinya. Mereka belum dapat menampilkan aspek-aspek kepercayaan yang dimilki oleh masyarakat sekitar terhadap keberadaan kereta tersebut. Kehidupan maupun silsilah kesultanan yang turun temurun menggunakan kereta tersebut belum dapat ditampilkan. Dalam vidio tersebut masih tekstual belum kontekstual, belum ada nilai budaya yang dirasakan oleh penonton. Hla tersebut membuat dialog kebudayaan belum dapat muncul dalam vidio.
3.   Kesimpulan
       Secara keseluruhan vidio ini masih kurang, padahal ide-ide dan aspek antropologi yang ingin dibahas dalam vidio ini sangatlah menarik. Kelompok ini belum dapat menunjukkan nilai-nilai budaya yang terdapat baik dalam keluarga Kesultanan maupun masyarakat sekitarnya. Dalam vidio ini dirasakan terlalu monoton, dengan hanya ditampilkannya gambar-gambar jenis-jenis Kereta Keraton. Penjelasan yang diberikan pun belum dapat ditangkap oleh para penonton. Hal ini dimungkinkan karena keterbatasan dalam peliputan vidio di tempat Museum Kereta Keraton.


6.  Batik Kayu
1.   Aspek Antropologi yang Dibahas
       Dalam vidio ini yang dibahas adalah aspek kesenian yang terdapat di Daerah Bantul, Yogyakarta. Seni di atas kayu inilah yang ingin lebih didalami oleh kelompok ini. Lazimnya batik ditorehkan di atas kain, namun para pengrajin di Daerah Bantul ini, batik dikembangkan dengan menggunakan media kayu. Hal tersebutlah yang menjadi objek dalam pembuatan film tersebut. Asal usul dari Batik Kayu inilah yang ditampilkan dalam vidio kelompok tersebut.
       Dalam vidio tersebut itu pun disebutkan hasil-hasil dari Batik Tulis tersebut seperti topeng kayu, miniatur binatang, dan pernik hiasan lainnya dihiasi motif-motif batik yang dibuat dengan proses layaknya membatik di atas kain.  Kreativitas warga daerah tersebut dalam kerajinan batik kayu, telah membuat dusun ini dijadikan sebagai desa wisata yang ada di Kabupaten Bantul. Kehidupan masyarakat daerah tersebutlah yang menjadi pusat perhatian dalam pembuatan film tersebut. Kerajinan Batik Kayu ini menjadi icon sekaligus tulang punggung warga. Sehingga kerajinan dalam Batik Kayu ini mencerminkan kehidupan masyarakat tersebut.
2.    Aspek Visualisasi
       Penampilan dalam vidio ini dirasakan sudah bagus. Kelompok ini telah berhasil menggambarkan aspek antropologi yang mereka angkat yaitu mengenai kesenian. Dalam menggambarkan nilai antropologi dilihat dari tampilan dalam vidio ini yang menjelaskan secara jelas sejarah dari Batik Kayu itu sendiri. Mereka juga menampilkan bagaimana proses pembuatan Batik Kayu ini.
       Namun dalam memberikan penjelasan, kelompok ini terlalu banyak wawancara yang dilakukan. Hal tersebutlah yang membuat vidio ini terkesan agak membosankan. Walaupun demikian, mereka mampu menjelaskan dengan rinci mengenai Batik Kayu itu sendiri kepada penonton. Vidio ini telah mengandung nilai antropologi di dalamnya. Ini dinyatakan dengan dialog-dialog  budaya yang dilakukan dengan masyarakat sekitar yang berada dekat dengan pembuatan kerajinan Batu Kayu ini.
3.    Kesimpulan
       Karya ini telah menggambarkan bagaimana aspek antropologi yaitu aspek kesenian yang terdapat di dalam kesenian Batik Kayu itu ditampilkan. Dalam vidio tersebut telah terdapat nilai-nilai kebudayaan yang sedang berkembang dalam masyarakat tersebut. Masyarakat yang menjadikan Batik Kayu ini sebagai tulang penggung perekonomian masyarakat tersebut. Selain tiu Batik Kayu ini telah menjadi icon daerah Bantul. Dalam vidio tersebut juga dijelaskan secara rinci bagaimana asal usul dari Batik Kayu ini. Hal tersebutlah yang membuat vidio ini telah memenuhi nilai antropologi itu sendiri.


7.  Kebudayaan dari Subang (Sisingaan)
1.   Aspek Antropologi yang Dibahas
       Vidio ini membahas tentang Sisingaan  yaitu suatu jenis kesenian tradisional atau seni yang dilakukan dengan arak-arakan dalam bentuk heleran. Aspek kesenianlah yang ingin ditampilkan dalam karya ini. Pertunjukannya biasa ditampilkan pada acara khitanan atau acara-acara khusus seperti: menyambut tamu, hiburan peresmian, kegiatan hari-hari besar lainnya. Didalam seni sisingaan terdapat unsur-unsur seperti: seni tari, olah raga (Pencak Silat dan Jaipongan), seni karawitan, seni sastra dan seni busana. Semua unsur tersebut berpadu dan bersinergi membentuk suatu tari dan lagu dan acapkali ditambah dengan gerak akrobat yang membentuk formasi seperti standen. Berbagai aspek kesenian tersebutlah yang ditampilkan dalam karya tersebut.
       Dalam vidio tersebut dijelaskan tentang sejarah Sisingaan, pelopor Sisingaan, dan kapan Sisingaan ditampilkan.  Karya ini menjelaskan tentang asal usul nama Sisingaan itu sendiri. Secara etimologis, Sisingaan berasal dari kata singa yaitu sutu bentuk usungan yang mirip badan singa. Singa dijadikan lambangnya karena hewan singa melambangkan keperkasaan, keberanian, dan kekuatan. Nilai-nilai tersebutlah yang ingin ditampilkan dalam setiap pertunjukkan Sisingaan.
2.   Aspek Visualisasi
       Karya yang dihasilkan oleh kelompok ini telah bagus. Mereka telah berhasil menggambarkan aspek antropologi yaitu kesenian yang terdapat dalam setiap pertunjukkan Sisingaan. Dalam mengambil nilai antropologi dilihat dari tampilan yang menyajikan penampilan Sisingaan itu, juga dari sejarah yang dijelaskan oleh kelompok ini dalam vidio tersebut. Dalam vidio ini dijelaskan dengan rinci tentang sejarah dan asal usul pertunjukkan Sisingaan tersebut.
       Kelompok ini terjun langsung kedalam kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat tersebut. Mereka mampu menampilkan festival Sisingaan tersebut dan mereka ikut bergabung langsung dalam pertunjukkan kesenian tersebut. Dalam pertunjukkan yang diliput oleh kelompok ini, dapat dirasakan susana pertunjukkan Sisinggan yang sesungguhnya. Para masyarakat secara nyata dapat terlihat antusiasnya dalam pertunjukkan tersebut. Dalam vidio ini dengan jelas terjadi dialog kebudayaan antara anggota kelompok tersebut dengan para masyarakat. Hal ini disebabkan karena mereka benar-benar terlihat ikut berpastisipasi dalam pertunjukkan Sisingaan tersebut. Mereka mampu berbaur dengan masyarakat sekitar yang juga menonton pertunjukkan kesenian tersebut. Mereka juga mampu menghadirkan nilai-nilai budaya dalam vidio yang mereka tampilkan ini.
3.   Kesimpulan
       Secara garis besar, hasil karya yang ditampilkan oleh kelompok initelah bagus. Mereka telah berhasil membahas aspek antropologi yang mereka tampilkan. Hasil karya ini telah menunjukkan sebuah nilai antropologi yang berkembang di daerah Subang yaitu kesenian Sisingaan. Karya ini juga telah memberikan penjelasan yang dapat mudah dimengerti oleh setiap penonton. Kelompok ini juga berhasil ikut berbaur dengan masyarakat sekitar dimana kesenia Sisingaan ini dipertunjukkan.


8.  Kampung Adat Cikondang
1.   Aspek Antropologi yang Dibahas
       Kelompok ini membahas aspek organisasi kemasyarakatan yang berkembang di Kampung Adat Cikondang. Secara turu temurun, masyarakat kampung Cikondang masih teguh memegang adat istiadat leluhur. Sistem kebudayaan yang demikian yang dubahas dalam vidio ini. Nilai-nilai tradisi yang masih melekat dan masih dipertahankan oleh penduduk Jkampung Cikondanglah yang memilki daya tarik dalam vidio yang dibuat oleh kelompok tersebut. Beberapa bangunan  adat yang masih berdiri di desa ini merupakan suatu bukti bahwa bentuk-bentuk kearifan lokal yang masih tetap terus di pertahankan dan hal tersebutb patut ditarik hikmahnya.
       Kehidupan warga kampung Cikondang memilki kepercayaan kepada Hutan Keramat yang terletak di dibahas dalam  vidio tersebut. Hal ini membuktikan bahwa di zaman yang seperti ini, masih ada masyarakat yang memilki kepercayaan yang seperti itu. Masyarakat tersebut masih mempercayai adanya larangan dan pantangan yang secara turun temurun dilakukan dalam lingkungan hutan keramat atau hutan larangan tersebut. Kampung  Adat Cikondang pun memilki satu keunikan yang terdapat dalam masyarakatnya yaitu kompeks rumah adat atau rumah keramat yang mencerminkan kehidupan bersahaja masyarakatnya. Kebudayaan-kebudayaan masyarakat tersebutlah yang menjadi objek yang dibahas dalam vidio yang ditampilkan oleh kelompok tersebut.
2.   Aspek Visualisasi
       Hasil karya yang ditampilkan oleh kelompok ini masih kurang. Mereka belum dapat menggambarkan bagaimana aspek antropologi yang berkembang di masyarakat tersebut dengan baik. Hasil vidio yang ditanyangkan pun sepertinya belum diperbaiki, masih dalam keadaan mentah. Kelompok ini belum menampilkan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam Kampung Adat Cikondang. Dialog budaya pun sama sekali tidak terlihat dalam vidio yang ditampilkan oleh kelompok tersebut. Mereka belum masuk ke dalam kehidupan masyarakat sekitar tersebut.
       Penjelasan yang diberikan pun tidak jelas. Hal tersebut membuat penonton menjadi bingung dengan aspek yang dibahas oleh kelompok ini. Gambar-gambar yang dihasilkan masih dalam keadaan yang tidak rapih. Pembukaan yang ditampilkan dalam vidio ini masih terlalu panjang. Penonton belum tidak dapat mengerti tentang karya yang ditampilkan oleh kelompok ini. Kelompok ini belum dapat mengungkapkan nilai-nilsi budaya yang terdapat di dalam kehidupat masyarakat daerah tersebut.
3.   Kesimpulan
       Karya yang dihasilkan oleh kelompok ini masih kurang. Vidio ini belum dapat menggambarkan aspek antropologi. Penjelasan yang diberikan juga dirasakan masih kurang, sehingga penonton kurang mengerti tentang aspek yang dibahas oleh kelompok ini. Kelompok ini belum dapat masuk ke dalam  kehidupan masyarakat Adat Cikondang. Vidio ini masih belum selesai untuk dirapihkan, masih mentah karena waktu dalam penampilannya saja melampaui satu jam. Mereka belum selesai untuk merevisi vidio tersebut.


9.  Pabrik Gong Pancasan Bogor
1.   Aspek Antropologi yang Dibahas
       Kelompok ini membahas aspek kesenian yaitu seni musik. Pabrik Gong Pancasan Bogor ini merupakan salah satu pabrik yang tertua dan cara pembuatannya masih menggunakan cara tradisional. Hal ini tersebutlah yang dibahas oleh kelompok ini, yaitu proses pembuatan gong yang masih sederhana. Setiap proses yang dikerjakan oleh para perajin gong tersebut mempunyai nilai-nilai budaya yang sangat kental. Setiap gong yang dibuat dalam berbagai jenis dan ukuran yang berbeda-beda. Hanya ada satu orang yang mampu untuk menyelaraskan bunyi dari sebuah gong. Hal ini disebabkan tidak adanya penerus yang memiliki kemampuan tersebut.
       Vidio tersebut pun menjelaskan sejarah berdirinya pabrik tersebut mulai dari zaman kolonial. Pabrik Gong tersebut merupakan salat satu pabrik tua yang telah berdiri sekitar 200 tahun. Kesenian yang dihasilkan oleh alat musik gong tersebut juga sangat diminati oleh para turis. Vidio ini membahas bagaimana eksistensi sebuah pabrik dan nilai-nilai kesenian yang dimiki oleh pabrik Gong tersebut agar tetap bertahan selama itu.
2.   Aspek Visualisasi
       Karya kelompok ini sudah bagus dalam menampilkan vidionya. Mereka telah menggambarkan aspek kesenian yang dimiliki dalam alat musik Gong tersebut. Di dalam vidio itu pun mereka telah menunjukkan dialog-dialog budaya. Mereka berinteraksi dengan baik dengan para pekerja Gong tersebut. Vidio tersebut telah memberikan penjelasan yang sangat baik, sehingga penonton dapat dengan mudah mengerti bagaimana budaya yang terkandung di dalam vidio tersebut.
       Vidio yang ditampilkan telah berhasil menggambarkan aspek antropologi yaitu aspek kesenian yang terdapat pada alat musik Gong. Kelompok ini juga telah melakukan wawancara yang secara tidak langsung menjelaskan tentang sejarah terbentuknya pabrik tersebut, kegiatan, serta eksistensi bertahannya pabrik tersebut. Dalam hal ini berarti mereka telah terjun langsung melakukan interaksi dengan masyarakat di daerah tersebut khususnya kepada pekerja Gong tersebut. Mereka telah banyak melakukan dialog budaya dengan masyarakat daerah itu. Dengan demikan kelompok ini telah mampu mengambil nilai antropologi tersebut. Vidio ini telah mengandung nilai antropologi.
3.   Kesimpulan
        Karya ini telah menampilkan hasil yang sudah bagus. Dalam vidio tersebut telah mengandung nilai-nilai budaya yang berkembang dalam masyarakat tersebut terutama pada para pekerja Gong tersebut. Dalam vidio ini sudah ada nilai antropologinya. Dalam mengambil nilai antropologi dalam karya ini dilihat dari tampilan wawancara yang dialkukan oleh kelompok ini kepada para pekerja Gong tersebut. Mereka melakukan interaksi dengan orang-orang yang berhubungan langsung dengan kesenian Gong. Mereka juga meliput bagaimana proses pembuatan Gong dari awal yang ditampilkan secara jelas dari tahap demi tahap. Hal tersebut sangat bermanfaat kepada para penonton. Sehingga dengan demikian dapat dengan mudah mengerti kebudayaan yang dibahas.


10.  Kebudayaan Sunda (Saung Angklung Udjo)
1.   Aspek Antropologi yang Dibahas
       Kelompok ini membahas aspek kesenian yang terdapat pada kebudayaan Sunda khususnya yang berkembang di Saung Angklung Udjo. Saung Angklung Udjo adalah suatu tempat pengembangan kebudayaan, yang merupakan tempat tempat pertunjukan, pusat kerajinan tangan dari bambu, dan pengembangan instrumen musik dari bambu. Selain itu juga merupakan pusat belajar untuk memelihara kebudayaan Sunda dan khususnya angklung. Inilah yang dibahas dalam vidio kelompok ini. Mereka menjelaskan tentang suatu masyarakat melestarikan dan memelihara seni dan kebudayaan tradisional Sunda.
       Kesenian Sunda tersebut dilestarikan dengan mengadakan pertunjukkan-pertunjukkan baik yang diadakan di lokasi Saung Angklung Udjo maupun yang diadakan di luar lokasi tersebut. Pertunjukkan kesenian tersebut berusaha untuk memperkenalkan kesenian tersebut kepada generasi muda. Dalam vidio tersebut juga dijelaskan tentang kebudayaan lain yang dimilki oleh daerah Sunda seperti, makanan-makanan khas Sunda, tempat-tempat bersejarah, adan tarian Sunda. Semua itu dibahas dalam vidio yang ditampilkan oleh kelompok ini.
2.   Aspek Visualisasi
       Vidio ini sudah cukup bagus menampilkan tentang kebudayaan Sunda. Dalam vidionya ditampilkan berbagai macam kesenian yang dimilki oleh daerah Sundah. Mereka telah mempertunjukkan penampilan-penampilan yang dilakukan di Saung Angklung Udjo. Mereka mengambil nilai antropologi dilihat dari tampilan yang mempertunjukkan bagaimana nilai-nilai budaya yang terkandung dalam setiap kesenian tersebut.
       Pada dasarnya vidio ini telah memiliki nilai antropologi dalam setiap penampilannya. Namun, penjelasan yang diberikan masih dirasakan kurang. Kelompok ini belum banyak memeberikan informasi. Mereka juga belum masuk ke dalam kesenian yang dibahas. Kelompok ini belum ikut serta dalam kebudayaan yang ditampilkan. Mereka masih berada di luar lingkungan kebudayaan tersebut.
3.   Kesimpulan
       Vidio ini memeilki ide yang cukup bagus. Mereka membahas tantang kebudayaan yang dimilki oleh daerah Sunda. Mereka berusaha menggali nilai-nilai yang terkandung dalam setiap pertunjukkan. Akan tetapi, penjelasan yang diberikan oleh kelompok ini kepada penonton dirasakan masih sangat kurang. Mereka belum membahas aspek tersebut secara mendalam. Hal tersebutlah yang membuat para penonton tidak dapat mengerti nilai-nilai kebudayaan yang dibahas oleh kelompok ini.

No comments:

Post a Comment

Search